Donderdag 14 Maart 2013

gadis penjual korek api

Array Cetak Array  Surel
  
Gadis Penjual Korek ApiPada sebuah malam menjelang natal. Malam sangat dingin, salju turun dengan deras dan angin berhembus dengan kencang. Ada seorang gadis kecil yang sudah kehilangan mamanya, untuk menghidupi papanya yang sedang sakit,  tanpa memperdulikan badai salju berjalan dijalan yang diselimuti salju menjual korek api.
“Korek api, siapa yang mau membeli korek api”
Dia tidak memiliki baju hangat, memakai baju yang sudah kumal dan kepalanya dibungkus sebuah syal yang sudah koyak, diatas kakinya hanya memakai sepasang sandal tua, dia berteriak menjajakan korek apinya dijalan, tetapi tidak seorangpun yang memperdulinya.
Semua orang sedang sibuk mempersiapkan kado natal, dengan gembira dan bersenang-senang, sungguh kasihan gadis malang ini! Dia mempunyai banyak korek api yang disimpan disebuah keranjang dan tangannya memegang beberapa batang korek api.
Hari menjelang siang, dia tidak dapat menjual sebatangpun korek apinya, dalam keadaan lelah dan lapar dia berjalan terus, butiran salju jatuh diatas rambutnya yang berwarna keemasan, sampai didepan sebuah rumah yang mewah dia berhenti dan memandang kedalam rumah, didalam rumah kelihatan pohon natal yang dihias dengan indah, seorang ibu sedang bermain dengan gembira dengan kedua anaknya, kedua anaknya kelihatan sangat bahagia, diatas meja terlihat lilin yang berwarna-warni menyala, ada yang berwarna merah, hijau, putih, ungu, dia paling suka melihat lilin yang berwarna merah, warnanya sangat kontras diatas meja tersebut.
Melihat keadaan itu, dia teringat kepada nenek dan ibunya, mereka berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka berdua sudah meninggal, memikirkan kenangan itu gadis kecil ini menangis dengan sedih.
Sambil menangis gadis kecil ini berjalan disebuah jalan yang besar, tiba-tiba sebuah kereta kuda lewat dan hampir melanggar dia.
Kereta kuda melintas dengan cepat, menyemprotkan percikan lumpur kebaju gadis malang ini, sandal gadis ini juga hilang, sehingga dengan kaki telanjang dia berjalan diatas salju dan berteriak :
“Korek api, siapa yang mau beli korek api.”
Senja telah tiba, sepasang kaki gadis kecil ini kedinginan sampai berwarna biru, disepanjang jalan tercium wangian daging panggang.
“Wah, sungguh enak jadi orang kaya, mereka sedang mempersiapkan perayaan natal.” Pikir gadis malang ini.
Dia sudah tidak kuat berjalan, badannya yang lelah menyandar dinding disebuah pertokoan, dia tidak berani pulang kerumah karena  sebatangpun korek api belum terjual, dirumah juga sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki rumahnya yang sudah reyot.
Dia kedinginan sampai tubuhnya gemetar terus, dia sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar dengan sebatang korek api.
Tangannya yang kecil sudah hampir membeku. Sungguh sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek api menghangatkan tangannya yang sedang membeku.
“Sesst “ korek api menyala, dia merasakan sebuah kehangatan menyelimutinya, nyala korek api menyilaukan, sambil melamun dia membayangkan dirinya duduk didekat sebuah tungku api, nyala api terlihat sangat cantik, terasa hangat, dia bermaksud menjulurkan kedua kakinya dekat ke nyala api, tetapi nyala tersebut dengan cepat sudah padam, tungku api hilang dari pandangannya. Dia terbangun dari lamunanya, dan melihat hanya bekas sebatang korek api yang sudah habis terbakar ditangannya.
Dia lalu menyalakan sebatang lagi, korek api menyala, mengeluarkan cahaya terang,
Nyala korek api yang memantul didinding, bagaikan ilusi dia melihat sebuah kamar didalam kamar terlihat sebuah meja makan diatas meja makan terhidang biscuit yang lezat dan daging panggang yang harum, keadaan ini sangat menarik, dia melihat daging panggang ini melompat dari piring dan berjalan menuju kearah gadis malang ini. Dia menjulurkan tangannya, korek api segera redup, tangannya hanya teraba dinding yang dingin.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api, nyala korek api berubah menjadi sekuntum cahaya yang berwarna merah jambu.
Dia merasa dirinya duduk dibawah sebuah pohon natal besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang dilihat tadi siang, Diatas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil yang cantik sedang menyala. Gadis malang ini menjulurkan tangannya, korek api padam lagi. Ribuan batang lilin berubah menjadi bintang-bintang kecil yang terang dilangit. Diantara bintang-bintang itu sebuah bintang jatuh ke bumi berubah menjadi sebuah cahaya yang memanjang.
Dia menyalakan sebatang lagi korek api.
Gadis Penjual Korek ApiAh, di nyala api dia melihat nenek yang dirindukan setiap hari, dia melompat ke pelukan neneknya.
“Nenek !” teriak gadis kecil ini, “tolong bawa saya pergi nenek! Ke tempat yang tidak dingin, dan banyak makanan. Saya tahu begitu korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan, seperti tungku api itu, daging panggang yang wangi dan pohon natal yang indah, saya akan kehilangan semuanya.”
Akhirnya, gadis malang ini menyalakan semua korek api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan neneknya disini terus.
Nyala korek api semakin terang, bagaikan disiang hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang mengangkat dia kepelukannya, mereka berdua terbang makin lama makin tinggi, terbang kesebuah tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi.
Pada keesokan harinya natal telah tiba, orang-orang disekitar pertokoan melihat gadis malang ini sedang menyandar di dinding, dengan wajah kemerahan dan senyuman terlihat sangat bahagia , tetapi dia sudah meninggal, meninggal dimalam menjelang natal, ditangannya masih tergenggam korek api yang terbakar.
Nah, adik-adik sekalian, jangan sedih walaupun gadis malang ini sudah meninggal, tetapi Tuhan sudah menjemputnya kesebuah tempat yang tidak akan kedinginan dan kelaparan dan dia akan berbahagia selamanya ditempat itu bersama nenek dan ibunya.

Srigala Dan 3 Ekor Babi





     Suatu zaman hidup lah tiga ekor babi kecil yang hidup bersama ibunya. Ketiga ekor babi kecil ini begitu cepat tumbuh besar. Suatu hari ibunda mereka memberi mereka wejangan untuk membangun rumah tinggal masing-masing agar terhindar dari serigala. Serigala adalah binatang yang paling ditakuti oleh ketiga ekor babi ini dan ibundanya. Spontan mereka panik, mereka yang selalu bersikap seperti babi yang masih kecil dan manja sekarang harus hidup mandiri.
   Tibalah saat mereka mandiri, ketika mereka berjalan bertemulah ketiga ekor babi itu dengan seorang yang membawa jerami. Dengan cepat dan tanpa pikir panjang, babi pertama meminta jerami itu. Akhirnya babi pertama membangun rumah berbahan jerami. Babi ketiga makin putus asa ketika babi kedua bertemu dengan seseorang yang membawa kayu dan kayu itu diberikan kepada babi kedua serta dengan cepat ia bangun rumah tersebut.


          Babi ketiga dalam keputusasaan tetapi ia tetap sabar. Akhirnya ia merasa senang ketia ia bertemu dengan seseorang yang membawa bata dan memberikan bata itu padanya. Dalam sekejap rumah itu berdiri kokoh dan babi ketiga yakin bahwa serigala tak akan memangsanya.
         Masalah pun datang, serigala mendatangi rumah tiap babi. Dengan sekali tiup saja, rumah babi pertama dan kedua langsung roboh tak bersisa termasuk para pemiliknya si babi pertama dan kedua. Dengan perut yang kenyang serigala mendatangi rumah babi ketiga, tentu saja untuk memangsanya lagi. Ditupnya rumah babi ketiga berulang kali, hingga angin dari tiupannya tak dapat berhembus lagi. Serigala marah dan kembali merasa lapar.
         Dengan berbagai akal serigala membujuk babi ketiga. Mulai dari bertemu di kebun lobak pukul empat sore. Tapi babi ketiga tahu bahwa serigala ingin memangsanya. Babi ketiga datang lebih awal dan mengisi keranjangnya dengan lobak hingga penuh. Serigala makin kesal, ia pun terus menerus membujuk babi ketiga tapi babi ketiga semakin cerdik.
        Setiap tawaran serigala dijawab dengan kata ia, tapi ia selalu datang lebih awal dan meninggalkan serigala agar selamat. Meskipun ia harus menggelinding dalam sebuah tong yang ia beli ketika mempunyai janji dengan serigala bertemu di festival.
Pada akhirnya serigala termakan oleh rencananya sendiri. Riwayatnya berakhir ketika ia ingin masuk ke rumah babi ketiga melalu cerobong asap. Babi ketiga yang sungguh cerdik, dengan sigap memanaskan air dalam panci tak bertutup dan diletakkan tepat diatas tungku hingga panas. 
        Kemudian, serigala pun jatuh dan tersiram bahkan direbus hidup-hidup dalam panci yang berisi air panas tersebut. Secara keseluruhan, buku cerita dongeng Tiga Babi Kecil ini memiliki alur yang sangat menarik dan member beragai inspirasi. Pesan-pesan moralnya begitu banyak dan bermanfaat terutama untuk anak-anak. Dalam pemaparannya juga digunakan bahasa yang mudah dipahami. Namun, ada satu kekuangan, yaitu dalam cerita ini kurang dipaparkan rasa gotong royong dan kekeluargaan dari para tokohnya terutama tiga ekor babi kecil. Walaupun mereka ingin membangun rumah sendiri, tetapi rasa gotong royong itu sangat diperlukan.